Berbuat baik sebanyak - banyaknya dengan cara menanam jasa kebaikan kepada banyak orang .
Kita sangat familiar dengan
hadits yang berbunyi خير الناس أنفعهم للناس (khoirunnas anfa'uhum linnas).
Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.
Hadits shahih tentang sebaik-baik
manusia ini d iriwayatkan dari Jabir.
عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله
عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم
للناس »
Dari Jabir, ia
berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak
ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia
adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan
Daruquthni).
Dalam Al Qur'an, orang yang berbuat baik kepada sesama akan mendapat predikat sebagai sebaik-baiknya makhluk. Balasan bagi orang beriman yang beramal saleh atau berbuat baik kepada orang lain dengan memberikan sedekah dan menafkahkan hartanya untuk kepentingan masyarakat tidak lain adalah Surga 'Adn. Allah SWT berfirman: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8)
Artinya: Sesugguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh
mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka
ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di
dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida
kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada
Tuhannya. (QS. Al Bayyinah: 6-8)
SAYYIDUL ISTIGHFAR ( سيد الإستغفر
) :
Terdapat berbagai jenis doa
Istighfaar yang boleh diamalkan untuk memohon keampunan kepada Allah Subhaanahu
wata'ala. Tetapi sebaik-baik istighfar adalah Sayyidul Istighfar. Barangsiapa
yang setiap hari membiasakan dirinya membaca doa tersebut dengan penuh
keyakinan, maka Nabi sollallahu ’alaih wa sallam menjamin pelakunya sebagai
penghuni syurga di akhirat kelak.
Dalilnya, sabda Rasulullahi sollallaahu alaihi wasallam:
عن النبي صلى الله عليه
وسلم سيد الإستغفرِ أنْ تَقُوْلَ أَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ. لاۤ اِلۤهَ اِلاَّ أَنْتَ
خَلَقْـتَنِيْ. وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَىْ عَهْدِكَ. وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ.
أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَاصَنَعْتُ. أَبُوءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ. وَأَبُوْءُ
بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ. فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الْذُّنُوْبُ إِلاَّ أَنْتَ. ومن
قالها مِنَ النهارِ موقِناً بها فماتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ
أَهْلِ الجَنَّةِ ومن قالها من الليل وهو موقنٌ بها فمات قبل أن يُصْبِحَ فهو مِنْ
أَهْلِ الجَنَّةِ. (HR Bukhari)
Maksudnya: Nabi sollallaahu ’alaihi wasallam bersabda:
“Penghulu Istighfar ialah kamu berkata: “Allahomma anta rabbi laa ilaaha illaa
anta kholaqtani wa ana ‘abdukaa wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastato’tu
a’udzubika min syarri ma sona’tu abu-u laka bini’matika ‘alaiyya wa abu-u
bidzanbi faghfirli fa innahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta (Ya Allah,
Engkau adalah Rabbku. Tiada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku,
dan aku adalah hambaMu dan aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku
kepadaMu dengan segenap kekuatan yang aku miliki. Aku berlindung kepadaMu dari
keburukan perbuatanku. Aku mengakui betapa besar nikmat-nikmatMu yang tercurah
kepadaku; dan aku tahu dan sedar betapa banyak dosa yang telah aku lakukan.
Kerananya, ampunilah aku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).
” Barangsiapa yang membaca doa ini di petang hari dan dia
betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya,
maka dia termasuk penghuni syurga. Barangsiapa yang membaca doa ini di pagi
hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada
siang harinya, maka dia termasuk penghuni syurga.” (HR Bukhary 5831)
Saat Abu Nawas Bikin Nangis Imam
Syafi'i
Syahdan, Abu Nawas dikenal sebagai orang yang gemar berbuat
maksiat dan agak gila. Dia gemar minum khamer hingga dia mendapat julukan
Penyair Khamer. Abu Nawas pernah membuat syair seperti ini:
"Biarkan masjid diramaikan oleh orang-orang yang rajin
ibadah Kita di sini saja, bersama para peminum khamer, dan saling menuangkan
Tuhanmu tidak pernah berkata, Cilakalah para pemabuk. Tapi Dia pernah berkata,
Cilakalah orang-orang yang shalat."
Gara-gara syairnya ini, Khalifah
Harun Ar-Rasyid marah dan ingin memenggal leher Abu Nawas. Tapi, ada orang yang
mengatakan kepada Ar-Rasyid: “Wahai Amirul Mukminin, para penyair mengatakan
apa-apa yang tidak mereka lakukan. Maafkanlah dia (Abu Nawas)".
Menurut satu riwayat, ketika Abu
Nawas meninggal dunia, Imam Syafi’i tidak mau menshalati jenazahnya. Namun,
ketika jasad Abu Nawas hendak dimandikan, di kantong baju Abu Nawas ditemukan
secarik kertas bertuliskan syair berikut ini:
"Wahai Tuhanku, dosa-dosaku
terlalu besar dan banyak, tapi aku tahu bahwa ampunan-Mu lebih besar. Jika
hanya orang baik yang boleh berharap kepada-Mu, kepada siapa pelaku maksiat
akan berlindung dan memohon ampunan? Aku berdoa kepada-Mu, seperti yang Kau
perintahkan, dengan segala kerendahan dan kehinaanku. Jika Kau tampik tanganku,
lantas siapa yang memiliki kasih-sayang? Hanya harapan yang ada padaku ketika
aku berhubungan dengan-Mu dan keindahan ampunan-Mu dan aku pasrah setelah ini.”
Setelah membaca syair tersebut,
Imam Syafi’i menangis sejadi-jadinya. Dia langsung menshalati jenazah Abu Nawas
bersama orang-orang yang hadir.
Sumber: https://nu.or.id/humor/saat-abu-nawas-bikin-nangis-imam-syafi-i-lTm9H
size='medium'/>
No comments:
Post a Comment