Sunday, February 20, 2022

Sholawat

 Sholawat Ibrahimiyah

Sholawat Ibrahimiyah merupakan sebuah doa yang dipanjatkan kepada Allah SWT untuk Nabi Ibrahim AS dan Nabi Muhammad SAW. Sholawat Ibrahimiyah juga dibaca selesai tahiyat akhir dalam sholat. Berikut adalah bacaannya:

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ و بَارِكْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلٰى سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ وَعَلٰى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيْمَ فِيْ الْعَالَمِيْنَ إِنَّكَ حَمِيْدُ مَجِيْدٌ

Allohumma solli ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa sollaita ‘alaa aali ibroohim, wa baarik ‘alaa muhammad, wa ‘alaa aali muhammad, kamaa baarokta ‘alaa aali ibroohim, fil ‘aalamiina innaka hamiidummajiid.

Artinya: “Ya Allah, limpahkanlah rahmat dan keselamatan untuk Nabi Muhammad. Dan juga limpahkanlah rahmat dan keselamatan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana telah Engkau limpahkan rahmat dan keselamatan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Limpahkanlah keberkahan kepada Muhammad dan kepada keluarga Muhammad, sebagaimana Engkau telah melimpahkan keberkahan kepada Ibrahim dan kepada keluarga Ibrahim. Di seluruh alam semesta, sesungguhnya Engkau adalah Maha Terpuji lagi Maha Agung.”


Fadhillah Sholawat



size='medium'/>

Thursday, February 17, 2022

Doa Pagi dan Sore Hari

 Doa Pagi dan Sore Hari



Doa Pagi dan Sore Hari

size='medium'/>

Friday, February 11, 2022

Asal muasal raja para wali


Asal Mula Gelar 'Raja Para Wali' untuk Syekh Abdul Qadir Al-Jailani

Kitab Al-Fawaid al-Mukhtarah (Yaman: Dar al-Ilmi wa ad-Da`wah, 2018) karya Habib Ali Hasan Baharun merupakan bunga rampai dari perkataan-perkataan gurunya, yaitu Habib Zain bin Ibrahim bin Smith. Kitab tersebut berisi tentang wejangan-wejangan para ulama, wali, habaib, dan termasuk kisah Syekh Abdul Qadir Al-Jailani dalam perjalanannya memperoleh gelar sulthanul auliya (raja dari seluruh para wali).

Di waktu menimba ilmu, Syekh Abdul Qadir Al-Jailani berteman dengan dua orang yang bisa dibilang cukup cerdas dan pandai yaitu Ibnu Saqa dan Ibnu Abi `Asrun. Pertemanan itu berlanjut hingga mereka bertiga ingin mengunjungi seorang wali berpangkat wali al-ghouts, rumah wali tersebut cukup jauh dari hiruk pikuk keramaian kota. Mungkin lebih tepatnya bisa dikatakan pelosok banget. Tapi, keinginan mereka untuk bertemu sang wali tidak terhalang walau jarak yang demikian jauh dan sudah barang tentu kunjungan mereka tak lepas dari maksud dan tujuan.

Dalam perjalanan, mereka saling bertanya satu sama lain terkait tujuan dan niat masing-masing. Dengan polosnya Ibnu Abi `Usrun memulai pertanyaan kepada Ibnu Saqa.

“Hei Saqa, kamu mau ngapain bertemu wali itu?” 

“Aku akan mengajukan sebuah pertanyaan yang begitu sulit, hingga ia bingung dan tidak mampu untuk menjawabnya, ha.. ha.. Aku ini kan orang cerdas, jadi, sudah sepatutnya menguji kedalaman ilmu seorang wali,” jawabnya. 

Tak menunggu lama Ibnu Abi `Asrun pun mengatakan maksudnya. 

“Kalau aku ingin bertanya tentang sesuatu yang aku yakin dia tidak mampu untuk menjawabnya,” tuturnya.

Pada hakikatnya tujuan dari keduanya sama yakni ingin menguji ketinggian ilmu dari seorang wali. Mungkin karena Syekh Abdul Qadir Al-Jailani tidak segera mengutarakan niatnya, akhirnya mereka berdua bertanya.

“Qadir, kamu mau mengajukan pertanyaan seperti kami atau ada hal lain?” 

“Saya tidak mau bertanya apa-apa?” jawabnya. 

Lalu mereka pun bertanya lagi. 

“Lho, terus kamu ini mau apa? Hanya mau mengikuti kami?” 

“Saya itu gak punya pertanyaan yang mau diajukan. Saya hanya ingin sowan saja dan mengharap berkah darinya. Itu saja cukup kok, karena orang seperti ini biasanya hanya disibukkan dengan kekasihnya yaitu Allah SWT,” jelas Syekh Abdul Qadir Al-Jailani.

Dari dialog mereka, kita sudah bisa melihat sifat dan sikap mereka terhadap kekasih Allah SWT. Kesombongan dan rendah diri manusia, juga bisa diukur dengan sebuah perkataan. Kesombongan terhadap orang lain terjadi ketika kita memposisikan diri kita lebih tinggi atau lebih hebat daripada orang lain. Sementara, orang yang rendah hati tetap memposisikan dirinya sebagai penerima anugrah ilahi yang tidak sempurna dan lemah. Dia merasa memperoleh segala sesuatunya karena karunia Allah bukan karena kegagahan dan kehebatannya.

Sesampainya di kediaman wali al-ghouts, mereka mengetuk pintu rumahnya. Tapi, sang wali tak kunjung membuka pintu, malahan ia memperlambat jalannya. Kemudian, wali tersebut keluar dalam keadaan marah seraya bertanya. 

“Siapa di antara kalian yang bernama Ibnu Saqa?” 

“Saya, wahai Syekh,” jawab Ibnu Saqa. 

Tak banyak bicara, wali itu pun langsung menebak pertanyaan Ibnu Saqa dan langsung memberikan jawabannya secara detail, begitu pula dengan pertanyaan dan jawaban Ibnu Abi `Asrun dan langsung mengusir mereka berdua dari hadapannya. Sebelum mereka berdua beranjak dari kediamannya, wali itu  meng-kasyaf (membaca lewat batin) mereka berdua dengan karamahnya. 

“Hai Ibnu Saqa, dalam pandangan batinku, aku melihat ada api kekufuran yang menyala dalam tulang rusukmu. Dan kamu Ibnu Abi `Asrun, sesungguhnya aku melihat dunia berjatuhan menimpa tubuhmu.”

Sampai pada giliran Syekh Abdul Qadir Al-Jailani, wali al-ghouts hanya memandang sekujur tubuhnya, dan tak lama kemudian, ia pun berkata.

“Wahai anakku, Abdul Qadir, aku tahu tujuan kamu ke sini hanya ingin berkah dariku, dan insyaallah tujuan baikmu akan tercapai.” 

Sebelum menyuruh pergi Abdul Qadir, ia berkata, “Aku melihat kamu berkata padaku, ‘kakiku ini berada di leher seluruh para wali di dunia ini’, sekarang pergilah anakku!”

Selang beberapa hari dari kejadian aneh itu, Ibnu Saqa dipanggil oleh raja di negerinya dan diperintahkan untuk pergi menemui ulama Nasrani agar ia berdebat dengan para ulama pentolan-pentolan Nasrani. Dalam perjalanan menuju ulama Nasrani, ia bertemu dengan seorang gadis cantik keturunan Nasrani dan jatuh cinta kepadanya. Namun, hubungan cinta mereka berdua tidak direstui. Tanpa pikir panjang akhirnya dia menemui ayahnya dan menyampakan bahwa dia sungguh mencintainya dan siap berkorban apa pun. 

Akhirnya terbukti perkataan wali al-ghouts bahwa ada api yang menyala dalam tulang rusuknya dan benar, ia telah menggadaikan agamanya dengan agama Nasrani. 

Sedangkan Ibnu Abi `Asrun, diberi jabatan oleh raja di negerinya untuk mengurusi harta wakaf dan sedekah dan jabatan itu datang terus menerus dari seluruh penjuru kota tersebut. Kemudian dia sadar bahwa ini merupakan doa dari wali al-ghouts. 

Sementara Syekh Abdul Qadir Al-Jailani mendapatkan maqam tertinggi dari Allah SWT berkat sikap rendah dirinya kepada seorang wali dan beliau diangkat menjadi raja dari seluruh para wali di muka bumi. 

Pada saat mengajar muridnya, dia pun berkata seperti apa yang dikatakan wali al-ghouts, “kakiku ini berada di atas lehernya seluruh para wali,” dan perkataannya didengar oleh seluruh wali di penjuru dunia, lalu mereka berikrar “sami`na wa atha`na.”

Ada sedikit hikmah yang bisa kita ambil pelajaran dari kejadian ini, bahwa siapa pun kita tidaklah pantas mengedepankan kelebihan karena di atas langit masih ada langit. Sikap rendah diri haruslah menjadi prioritas utama setiap manusia, mengingat ilmu tidak lebih diutamakan daripada akhlak. Sebagaimana perkataan Sayyid Muhammad Alwi Al- Maliki, “Al-Adab qabla al-`Ilmi (adab lebih didahulukan daripada ilmu).” Wallahu a’lamu bish-shawab.
 
Sumber: https://islam.nu.or.id
size='medium'/>

Wednesday, February 9, 2022

Amalan Doa Masuk Rumah Mbah Maimun Zubair dan Muridnya Gus Baha


Pesan yang lain disampaikan oleh KH. Maimun Zubair, Pengasuh Pesantren Al-Anwar Sarang. Dalam berbagai kesempatan memberikan pesan amalan wirid kepada para santrinya, agar hidup mereka diberi kemudahan, keberkahan dan dilapangkan rezekinya.


Ini salah satu pesan beliau:

“Mbesok nek wes omah-omah, ojo lali, angger mlebu omah moco Qulhu ping pisan.” (Besok jika sudah berumah tangga, setiap masuk rumah jangan lupa membaca surat Al-Ikhlas walaupun hanya sekali.)

Ternyata pesan beliau ini bukan sembarang nasehat, karena hal itu telah disabdakan oleh junjungan kita, Nabi Besar Muhammad Saw:

ﻋﻦ ﺳﻬﻞ ﺑﻦ ﺳﻌﺪ : ‏« ﺟﺎﺀ ﺭﺟﻞ ﺇﻟﻰ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺷﻜﺎ ﺇﻟﻴﻪ ﺍﻟﻔﻘﺮ ﻓﻘﺎﻝ : ﺇﺫﺍ ﺩﺧﻠﺖ ﺑﻴﺘﻚ ﻓﺴﻠﻢ ﺇﻥ ﻛﺎﻥ ﻓﻴﻪ ﺃﺣﺪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻜﻦ ﻓﻴﻪ ﺃﺣﺪ ﻓﺴﻠﻢ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻚ ، ﻭﺍﻗﺮﺃ ﻗﻞ ﻫﻮ ﺍﻟﻠﻪ ﺃﺣﺪ ﻣﺮﺓ ﻭﺍﺣﺪﺓ ﻓﻔﻌﻞ ﺍﻟﺮﺟﻞ ﻓﺄﺩﺭ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﺭﺯﻗﺎً ﺣﺘﻰ ﺃﻓﺎﺽ ﻋﻠﻰ ﺟﻴﺮﺍﻧﻪ

Artinya: Sahal bin Sa’ad Radhiyallahu ‘anhu berkata: “Seorang laki2 datang kepada Nabi Saw. dan mengadukan kefakiran yg menimpanya. Lalu beliau bersabda: “Apabila kamu masuk ke rumahmu, ucapkanlah salam jika ada seseorang di dalamnya. Dan jika tidak ada orang di dalamnya, ucapkan salam untuk dirimu, dan bacalah Qul Huwallaahu Ahad satu kali”. Lalu laki2 tsb melakukannya. Maka Allah melimpahruahkan rizki orang tsb, sehingga mengalir kepada tetangga2nya.”


Gus Baha

 




Gus Baha mengijazahkan amalan, agar rezeki kita lancar dan tidak menjadi fakir maka ketika masuk rumah, khususnya rumah kita sendiri, yang dimungkinkan tidak ada orang yang menjawabnya, maka kita membaca salam untuk diri kita sendiri dengan membaca:
السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْ
“Assalaamu ‘Alainaa Wa A


laa `Ibaadillaahish Shaalihiin”
Artinya, “Keselamatan semoga dilimpahkan kepada diri kami dan hamba-hamba Allah yang saleh”. Kemudian para Malaikat yang akan menjawab salam yang kita ucapkan.
Kenapa orang yang mengucapkan ijazah salam tersebut rezekinya lancar ?
Gus Baha menerangkan, bahwa orang yang mengamalkan bacaan ini maka mendapatkan jaminan dari Allah Swt “Tahiyyatan min indhillahi mubarakatan thayyiba” artinya mendapatkan keberkahan dari sisi Allah Swt. Setiap orang yang mendapatkan keberkahan dari Allah tidak mungkin orang tersebut hidupnya miskin.
Semoga semua yang mengamalkan ijazah ini diberikan kelancaran rezeki dari Allah Swt.


Rezeki adalah kebutuhan semua makhluk hidup. Di dalam salah satu pengajiannya, KH Ahmad Bahauddin Nursalim atau lebih dikenal dengan Gus Baha memberikan ijazah pelancar rezeki kepada jamaah pengajianya. Konten pengajian tersebut tersebar di berbagai konten media sosial.

Gus Baha adalah putra Kiai Nursalim, Pengasuh Lembaga Pembinaan Pendidikan dan Pengembangan Ilmu Al-Qur`an (LP3IA) di Kragan, Narukan, Rembang. Saat ini, Gus Baha meneruskan menjadi pengasuh LP3IA.

Kiai Nursalim adalah murid dari Kiai Arwani Kudus dan Kiai Abdullah Salam, Kajen, Kabupaten Pati. Nasabnya bersambung kepada para ulama besar. Kiai Nursalim mempuyai ciri khas mengajarkan berislam dengan optismis dan bergembira.

Model pengajaran Kiai Nursalim ini ditiru oleh Gus Baha. Dengan wawasan yang luas, Gus Baha bisa menjelaskan setiap permasalahan dengan logika yang ringan. Dalam sejarah hidupnya, Gus Baha belajar Alquran ke ayahnya dan mempelajari kitab kuning di Pondok Pesantren Al-Anwar, KH Maemun Zubair. Terkadang Gus Baha memberikan ijazah amalan kepada jamaah.

Pada saat mengajar khususnya kitab Tafsir Jalalain, Gus Baha terbiasa menerangkan dari berbagai sisi, baik tata bahasa, ushul fiqih, hukum fiqih, sisi tasawuf “hakikat” dan tak lupa hikmah dari ayat tersebut. Termasuk memberikan ijazah pelancar rezeki.

Salah satu Ayat yang diterangkan hikmahnya adalah surat An-Nur ayat 61:

فَاِذَا دَخَلْتُمْ بُيُوْتًا فَسَلِّمُوْا عَلٰٓى اَنْفُسِكُمْ تَحِيَّةً مِّنْ عِنْدِ اللّٰهِ مُبٰرَكَةً طَيِّبَةً ۗ كَذٰلِكَ يُبَيِّنُ اللّٰهُ لَكُمُ الْاٰيٰتِ لَعَلَّكُمْ تَعْقِلُوْنَ

Artinya: Apabila kamu memasuki rumah-rumah hendaklah kamu memberi salam (kepada penghuninya, yang berarti memberi salam) kepada dirimu sendiri, dengan salam yang penuh berkah dan baik dari sisi Allah. Demikianlah Allah menjelaskan ayat-ayat(-Nya) bagimu, agar kamu mengerti.

Menurut Gus Baha, ayat ini menerangkan tentang adab masuk rumah sendiri maupun orang lain. Menurut riwayat, Asbabun Nuzul dari ayat ini berkenaan dengan seseorang yang merasa berdosa jika ia makan sendirian. Jika ia tidak menemukan seseorang yang mau makan bersamanya, maka ia tidak mau memakan makanannya. Hal ini karena dia memiliki rezekinya banyak. Hingga makanannya melimpah.

Lalu Gus Baha mengijazahkan amalan, agar rezeki kita lancar dan tidak menjadi fakir maka ketika masuk rumah, khususnya rumah kita sendiri, yang dimungkinkan tidak ada orang yang menjawabnya, maka kita membaca salam untuk diri kita sendiri dengan membaca:

السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْ

Assalaamu ‘Alainaa Wa Alaa `Ibaadillaahish Shaalihiin

Artinya, “Keselamatan semoga dilimpahkan kepada diri kami dan hamba-hamba Allah yang saleh”. Kemudian para Malaikat yang akan menjawab salam yang kita ucapkan.

Kenapa orang yang mengucapkan ijazah salam tersebut rezekinya lancar ?

Gus Baha menerangkan, bahwa orang yang mengamalkan bacaan ini maka mendapatkan jaminan dari Allah Swt “Tahiyyatan min indhillahi mubarakatan thayyiba” artinya mendapatkan keberkahan dari sisi Allah Swt. Setiap orang yang mendapatkan keberkahan dari Allah tidak mungkin orang tersebut hidupnya miskin.

Semoga semua yang mengamalkan ijazah ini diberikan kelancaran rezeki dari Allah Swt.


size='medium'/>

Tuesday, February 8, 2022

Rezeki lancar

 Gus Baha

 mengijazahkan amalan, agar rezeki kita lancar dan tidak menjadi fakir maka ketika masuk rumah, khususnya rumah kita sendiri, yang dimungkinkan tidak ada orang yang menjawabnya, maka kita membaca salam untuk diri kita sendiri dengan membaca:


السَّلاَمُ عَلَيْنَا وَعَلَى عِبَادِاللهِ الصَّالِحِيْ

“Assalaamu ‘Alainaa Wa Alaa `Ibaadillaahish Shaalihiin”


Artinya, “Keselamatan semoga dilimpahkan kepada diri kami dan hamba-hamba Allah yang saleh”. Kemudian para Malaikat yang akan menjawab salam yang kita ucapkan.


Kenapa orang yang mengucapkan ijazah salam tersebut rezekinya lancar ?


Gus Baha menerangkan, bahwa orang yang mengamalkan bacaan ini maka mendapatkan jaminan dari Allah Swt “Tahiyyatan min indhillahi mubarakatan thayyiba” artinya mendapatkan keberkahan dari sisi Allah Swt. Setiap orang yang mendapatkan keberkahan dari Allah tidak mungkin orang tersebut hidupnya miskin.


Semoga semua yang mengamalkan ijazah ini diberikan kelancaran rezeki dari Allah Swt.


Qobiltu 


#alanu #alanumedia


size='medium'/>

KAYA BAROKAH

*"Tips Agar Selalu Diberikan Rizqi Yang Barokah"* *Di z͟a͟m͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟, a͟d͟a͟ s͟e͟p͟a͟s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ i͟s͟t͟r͟i͟ y͟a͟n͟g͟ h͟i͟d͟u͟p͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ n͟a͟m͟u͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟i͟n͟y͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟s͟a͟b͟a͟r͟a͟n͟.* *S͟u͟a͟t͟u͟ k͟e͟t͟i͟k͟a͟, t͟a͟t͟k͟a͟l͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟e͟r͟i͟s͟t͟i͟r͟a͟h͟a͟t͟, s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟:* _*"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ M͟u͟s͟a͟ a͟d͟a͟l͟a͟h͟ s͟e͟o͟r͟a͟n͟g͟ N͟a͟b͟i͟ y͟a͟n͟g͟ b͟i͟s͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ T͟u͟h͟a͟n͟n͟y͟a͟ (A͟l͟l͟a͟h͟)..?"* *L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟ :* *_"Y͟a͟, b͟e͟n͟a͟r͟."_* *S͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ l͟a͟g͟i͟:* *_"K͟e͟n͟a͟p͟a͟ k͟i͟t͟a͟ t͟i͟d͟a͟k͟ p͟e͟r͟g͟i͟ s͟a͟j͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟-n͟y͟a͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟o͟n͟d͟i͟s͟i͟ k͟i͟t͟a͟ y͟a͟n͟g͟ p͟e͟n͟u͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟m͟i͟n͟t͟a͟n͟y͟a͟ a͟g͟a͟r͟ i͟a͟ b͟e͟r͟b͟i͟c͟a͟r͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ R͟a͟b͟b͟-n͟y͟a͟, a͟g͟a͟r͟ D͟i͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟n͟u͟g͟e͟r͟a͟h͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ k͟i͟t͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ ?"*_ *A͟k͟h͟i͟r͟n͟y͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟g͟a͟d͟u͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟n͟y͟a͟ i͟t͟u͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ A͟S͟.* *L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟m͟u͟n͟a͟j͟a͟t͟ m͟e͟n͟g͟h͟a͟d͟a͟p͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ k͟e͟l͟u͟a͟r͟g͟a͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟.* *A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ M͟u͟s͟a͟:* _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, k͟a͟t͟a͟k͟a͟n͟l͟a͟h͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, a͟k͟u͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ a͟k͟u͟ b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, d͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟, a͟k͟a͟n͟ a͟k͟u͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟."*_ *L͟a͟l͟u͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟y͟a͟m͟p͟a͟i͟k͟a͟n͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟ t͟e͟l͟a͟h͟ M͟e͟n͟g͟a͟b͟u͟l͟k͟a͟n͟ p͟e͟r͟m͟o͟h͟o͟n͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, d͟e͟n͟g͟a͟n͟ s͟y͟a͟r͟a͟t͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ l͟a͟m͟a͟n͟y͟a͟.* *M͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟e͟r͟i͟m͟a͟ k͟a͟b͟a͟r͟ t͟e͟r͟s͟e͟b͟u͟t͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ p͟e͟n͟u͟h͟ k͟e͟b͟a͟h͟a͟g͟i͟a͟a͟n͟ d͟a͟n͟ k͟e͟g͟e͟m͟b͟i͟r͟a͟a͟n͟.* *B͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ h͟a͟r͟i͟ k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ d͟a͟t͟a͟n͟g͟l͟a͟h͟ r͟i͟z͟q͟i͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟ j͟a͟l͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ t͟a͟k͟ d͟i͟k͟e͟t͟a͟h͟u͟i͟ d͟a͟r͟i͟m͟a͟n͟a͟ a͟r͟a͟h͟n͟y͟a͟.* *D͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟p͟u͟n͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ t͟e͟r͟k͟a͟y͟a͟ p͟a͟d͟a͟ s͟a͟a͟t͟ i͟t͟u͟.* *K͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟u͟b͟a͟h͟ d͟e͟n͟g͟a͟n͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ y͟a͟n͟g͟ b͟e͟r͟l͟i͟m͟p͟a͟h͟.* *L͟a͟l͟u͟ s͟a͟n͟g͟ i͟s͟t͟r͟i͟ b͟e͟r͟k͟a͟t͟a͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ s͟u͟a͟m͟i͟n͟y͟a͟:* _*"W͟a͟h͟a͟i͟ s͟u͟a͟m͟i͟k͟u͟, s͟e͟l͟a͟m͟a͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ i͟n͟i͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟ m͟a͟k͟a͟n͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟ d͟a͟n͟ m͟e͟n͟y͟a͟n͟t͟u͟n͟i͟ a͟n͟a͟k͟-a͟n͟a͟k͟ y͟a͟t͟i͟m͟ m͟u͟m͟p͟u͟n͟g͟ k͟i͟t͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ p͟u͟n͟y͟a͟ k͟e͟s͟e͟m͟p͟a͟t͟a͟n͟, k͟a͟r͟e͟n͟a͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟."*_ *S͟a͟n͟g͟ s͟u͟a͟m͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟:* *_"B͟a͟i͟k͟l͟a͟h͟, k͟i͟t͟a͟ a͟k͟a͟n͟ m͟e͟n͟g͟g͟u͟n͟a͟k͟a͟n͟ h͟a͟r͟t͟a͟ i͟n͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟n͟y͟a͟."_* *K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟t͟u͟ o͟r͟a͟n͟g͟-o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟, d͟a͟n͟ m͟e͟m͟b͟a͟n͟g͟u͟n͟ t͟e͟m͟p͟a͟t͟-t͟e͟m͟p͟a͟t͟ s͟i͟n͟g͟g͟a͟h͟ p͟a͟r͟a͟ M͟u͟s͟a͟f͟i͟r͟, s͟e͟r͟t͟a͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟ g͟r͟a͟t͟i͟s͟ b͟a͟g͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ y͟a͟n͟g͟ m͟e͟m͟b͟u͟t͟u͟h͟k͟a͟n͟.* *S͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ b͟e͟r͟l͟a͟l͟u͟, m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟a͟s͟i͟h͟ t͟e͟t͟a͟p͟ s͟i͟b͟u͟k͟ m͟e͟n͟y͟e͟d͟i͟a͟k͟a͟n͟ m͟a͟k͟a͟n͟a͟n͟ s͟a͟m͟p͟a͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟s͟a͟n͟y͟a͟ s͟u͟d͟a͟h͟ s͟e͟t͟a͟h͟u͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ k͟a͟y͟a͟ d͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ l͟u͟p͟a͟ b͟a͟h͟w͟a͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟ m͟e͟n͟j͟a͟d͟i͟ o͟r͟a͟n͟g͟ m͟i͟s͟k͟i͟n͟.* *N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ p͟u͟n͟ h͟e͟r͟a͟n͟ m͟e͟l͟i͟h͟a͟t͟ k͟e͟a͟d͟a͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ y͟a͟n͟g͟ t͟e͟t͟a͟p͟ k͟a͟y͟a͟.* *K͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ b͟e͟r͟t͟a͟n͟y͟a͟ k͟p͟d͟ A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ :* *_"Y͟a͟ R͟a͟b͟b͟, b͟u͟k͟a͟n͟k͟a͟h͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ b͟e͟r͟j͟a͟n͟j͟i͟ m͟e͟m͟b͟e͟r͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ h͟a͟n͟y͟a͟ s͟a͟t͟u͟ t͟a͟h͟u͟n͟ s͟a͟j͟a͟, k͟e͟m͟u͟d͟i͟a͟n͟ s͟e͟t͟e͟l͟a͟h͟ i͟t͟u͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ a͟k͟a͟n͟ k͟e͟m͟b͟a͟l͟i͟k͟a͟n͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ p͟a͟d͟a͟ k͟e͟m͟i͟s͟k͟i͟n͟a͟n͟ s͟e͟p͟e͟r͟t͟i͟ s͟e͟m͟u͟l͟a͟?"_* *A͟l͟l͟a͟h͟ S͟W͟T͟ p͟u͟n͟ b͟e͟r͟f͟i͟r͟m͟a͟n͟:* _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ t͟e͟l͟a͟h͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ s͟a͟t͟u͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟q͟i͟ k͟e͟p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟, t͟e͟t͟a͟p͟i͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟ m͟e͟m͟b͟u͟k͟a͟ b͟e͟b͟e͟r͟a͟p͟a͟ p͟i͟n͟t͟u͟ r͟i͟z͟k͟i͟ u͟n͟t͟u͟k͟ h͟a͟m͟b͟a͟-h͟a͟m͟b͟a͟ K͟u͟."*_ _*"W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, m͟a͟k͟a͟ A͟k͟u͟ t͟i͟t͟i͟p͟k͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ l͟a͟m͟a͟ k͟e͟k͟a͟y͟a͟a͟n͟ i͟t͟u͟ p͟a͟d͟a͟ m͟e͟r͟e͟k͟a͟."*_ W͟a͟h͟a͟i͟ M͟u͟s͟a͟, A͟k͟u͟ s͟a͟n͟g͟a͟t͟ m͟a͟l͟u͟ j͟i͟k͟a͟l͟a͟u͟ a͟d͟a͟ h͟a͟m͟b͟a͟-K͟u͟ y͟a͟n͟g͟ l͟e͟b͟i͟h͟ m͟u͟l͟i͟a͟ d͟a͟n͟ l͟e͟b͟i͟h͟ p͟e͟m͟u͟r͟a͟h͟ d͟a͟r͟i͟p͟a͟d͟a͟ A͟k͟u͟. *N͟a͟b͟i͟ M͟u͟s͟a͟ m͟e͟n͟j͟a͟w͟a͟b͟:* *سبحانك اللهم ماأعظم شأنك وأرفع مكانك* *_"M͟a͟h͟a͟ S͟u͟c͟i͟ E͟n͟g͟k͟a͟u͟ Y͟a͟ A͟l͟l͟a͟h͟, b͟e͟t͟a͟p͟a͟ M͟a͟h͟a͟ M͟u͟l͟i͟a͟ u͟r͟u͟s͟a͟n͟-M͟u͟ d͟a͟n͟ M͟a͟h͟a͟ T͟i͟n͟g͟g͟i͟ k͟e͟d͟u͟d͟u͟k͟a͟n͟-M͟u͟."_* *HIDUP BUKANLAH BAGAIMANA MENJADI YG TERBAIK TETAPI BAGAIMANA KITA BANYAK BERBUAT BAIK* SUBHANALLAH SEMOGA BERMANFAAT *Aamiin Aamiin Ya Robbal "Alamiin....* _Boleh di share biar lebih bermanfaat buat orang banyak, kalo pelit di simpen sendiri juga gak apa apa 😃_ Rasulullah S.A.W bersabda : _"Barang siapa yang menyampaikan 1 (satu) ilmu saja dan ada orang yang mengamalkannya,maka walaupun yang menyampaikan sudah tiada (meninggal dunia), dia akan tetap memperoleh pahala." (HR. Al-Bukhari)_ SEMOGA BERMANFAAT🤗 size='medium'/>

Monday, February 7, 2022

SAYYIDUL ISTIGHFAR

 SAYYIDUL ISTIGHFAR


Berbuat baik  sebanyak - banyaknya dengan cara menanam jasa kebaikan kepada banyak  orang .

Kita sangat familiar dengan hadits yang berbunyi خير الناس أنفعهم للناس (khoirunnas anfa'uhum linnas). Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lain.

Hadits shahih tentang sebaik-baik manusia ini d iriwayatkan dari Jabir.

 

عن جابر قال : قال رسول الله صلى الله عليه وسلم : « المؤمن يألف ويؤلف ، ولا خير فيمن لا يألف ، ولا يؤلف، وخير الناس أنفعهم للناس »

 

Dari Jabir, ia berkata,”Rasulullah Saw bersabda,’Orang beriman itu bersikap ramah dan tidak ada kebaikan bagi seorang yang tidak bersikap ramah. Dan sebaik-baik manusia adalah orang yang paling bermanfaat bagi manusia.” (HR. Thabrani dan Daruquthni).

Dalam Al Qur'an, orang yang berbuat baik kepada sesama akan mendapat predikat sebagai sebaik-baiknya makhluk. Balasan bagi orang beriman yang beramal saleh atau berbuat baik kepada orang lain dengan memberikan sedekah dan menafkahkan hartanya untuk kepentingan masyarakat tidak lain adalah Surga 'Adn. Allah SWT berfirman: إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ أُولَئِكَ هُمْ خَيْرُ الْبَرِيَّةِ (7) جَزَاؤُهُمْ عِنْدَ رَبِّهِمْ جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ لِمَنْ خَشِيَ رَبَّهُ (8) 

Artinya: Sesugguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh mereka itu adalah sebaik-baik makhluk. Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga 'Adn yang mengalir di bawahnya sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah rida terhadap mereka dan mereka pun rida kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang yang takut kepada Tuhannya. (QS. Al Bayyinah: 6-8)

SAYYIDUL ISTIGHFAR ( سيد الإستغفر ) :

Terdapat berbagai jenis doa Istighfaar yang boleh diamalkan untuk memohon keampunan kepada Allah Subhaanahu wata'ala. Tetapi sebaik-baik istighfar adalah Sayyidul Istighfar. Barangsiapa yang setiap hari membiasakan dirinya membaca doa tersebut dengan penuh keyakinan, maka Nabi sollallahu ’alaih wa sallam menjamin pelakunya sebagai penghuni syurga di akhirat kelak.



 

Dalilnya, sabda Rasulullahi sollallaahu alaihi wasallam:

 عن النبي صلى الله عليه وسلم سيد الإستغفرِ أنْ تَقُوْلَ أَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ. لاۤ اِلۤهَ اِلاَّ أَنْتَ خَلَقْـتَنِيْ. وَأَنَا عَبْدُكَ وَأَنَا عَلَىْ عَهْدِكَ. وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ. أَعُوْذُبِكَ مِنْ شَرِّمَاصَنَعْتُ. أَبُوءُلَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ. وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْلِيْ. فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الْذُّنُوْبُ إِلاَّ أَنْتَ. ومن قالها مِنَ النهارِ موقِناً بها فماتَ مِنْ يَوْمِهِ قَبْلَ أَنْ يُمْسِيَ فَهُوَ مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ ومن قالها من الليل وهو موقنٌ بها فمات قبل أن يُصْبِحَ فهو مِنْ أَهْلِ الجَنَّةِ. (HR Bukhari)

Maksudnya: Nabi sollallaahu ’alaihi wasallam bersabda: “Penghulu Istighfar ialah kamu berkata: “Allahomma anta rabbi laa ilaaha illaa anta kholaqtani wa ana ‘abdukaa wa ana ‘alaa ‘ahdika wa wa’dika mastato’tu a’udzubika min syarri ma sona’tu abu-u laka bini’matika ‘alaiyya wa abu-u bidzanbi faghfirli fa innahuu laa yaghfirudz-dzunuuba illaa anta (Ya Allah, Engkau adalah Rabbku. Tiada Tuhan selain Engkau. Engkau telah menciptakan aku, dan aku adalah hambaMu dan aku selalu berusaha menepati ikrar dan janjiku kepadaMu dengan segenap kekuatan yang aku miliki. Aku berlindung kepadaMu dari keburukan perbuatanku. Aku mengakui betapa besar nikmat-nikmatMu yang tercurah kepadaku; dan aku tahu dan sedar betapa banyak dosa yang telah aku lakukan. Kerananya, ampunilah aku. Tidak ada yang dapat mengampuni dosa selain Engkau).

” Barangsiapa yang membaca doa ini di petang hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada malam harinya, maka dia termasuk penghuni syurga. Barangsiapa yang membaca doa ini di pagi hari dan dia betul-betul meyakini ucapannya, lalu dia meninggal dunia pada siang harinya, maka dia termasuk penghuni syurga.” (HR Bukhary 5831)

Saat Abu Nawas Bikin Nangis Imam Syafi'i

Syahdan, Abu Nawas dikenal sebagai orang yang gemar berbuat maksiat dan agak gila. Dia gemar minum khamer hingga dia mendapat julukan Penyair Khamer. Abu Nawas pernah membuat syair seperti ini:

"Biarkan masjid diramaikan oleh orang-orang yang rajin ibadah Kita di sini saja, bersama para peminum khamer, dan saling menuangkan Tuhanmu tidak pernah berkata, Cilakalah para pemabuk. Tapi Dia pernah berkata, Cilakalah orang-orang yang shalat."

Gara-gara syairnya ini, Khalifah Harun Ar-Rasyid marah dan ingin memenggal leher Abu Nawas. Tapi, ada orang yang mengatakan kepada Ar-Rasyid: “Wahai Amirul Mukminin, para penyair mengatakan apa-apa yang tidak mereka lakukan. Maafkanlah dia (Abu Nawas)".

Menurut satu riwayat, ketika Abu Nawas meninggal dunia, Imam Syafi’i tidak mau menshalati jenazahnya. Namun, ketika jasad Abu Nawas hendak dimandikan, di kantong baju Abu Nawas ditemukan secarik kertas bertuliskan syair berikut ini:

"Wahai Tuhanku, dosa-dosaku terlalu besar dan banyak, tapi aku tahu bahwa ampunan-Mu lebih besar. Jika hanya orang baik yang boleh berharap kepada-Mu, kepada siapa pelaku maksiat akan berlindung dan memohon ampunan? Aku berdoa kepada-Mu, seperti yang Kau perintahkan, dengan segala kerendahan dan kehinaanku. Jika Kau tampik tanganku, lantas siapa yang memiliki kasih-sayang? Hanya harapan yang ada padaku ketika aku berhubungan dengan-Mu dan keindahan ampunan-Mu dan aku pasrah setelah ini.”

Setelah membaca syair tersebut, Imam Syafi’i menangis sejadi-jadinya. Dia langsung menshalati jenazah Abu Nawas bersama orang-orang yang hadir.




Sumber: https://nu.or.id/humor/saat-abu-nawas-bikin-nangis-imam-syafi-i-lTm9H


size='medium'/>

Wednesday, February 2, 2022

Trading EURUSD


  Blog  4 Karakteristik Pasangan Mata Uang EURUSD yang Perlu Anda Kenali

4 Karakteristik Pasangan Mata Uang EURUSD yang Perlu Anda Kenali

Selasa, 22 September 2020 | 3 menit baca

Sebelum mulai trading, trader pemula sangat disarankan untuk mengenali terlebih dahulu currency pair atau pasangan mata uang yang akan ditransaksikan. Karena banyaknya trader pemula yang melirik pasangan euro/dolar Amerika, maka kali ini MIFX akan membahas empat hal mengenai currency pair EURUSD agar Anda dapat membuat analisis trading dengan lebih baik.


1. Base dan quote currency

Pada pasangan EURUSD, EUR disebut dengan base currency dan USD disebut quote currency. Artinya, pasangan ini menunjukkan berapa USD yang diperlukan untuk membeli 1 EUR. Jika Anda melihat harga EURUSD di chart adalah 1.18768, berarti diperlukan 1.18768 USD untuk membeli 1 EUR. Atau dengan kata lain, 1 EUR sama dengan 1.18768 USD.


Jika harga EUR menguat terhadap USD, atau USD melemah terhadap EUR, maka harga pasangan EURUSD pada chart akan naik. Sementara saat harga EUR melemah terhadap USD, atau USD menguat terhadap EUR, maka harga pasangan ini akan turun.


2. Volume transaksi

Amerika Serikat dan Eropa merupakan dua roda perekonomian terbesar di dunia, sehingga kedua mata uangnya pun memiliki volume transaksi yang paling tinggi. USD memimpin di 87.6% dan disusul EUR di 31.4%. Transaksi yang tinggi ini menghasilkan likuiditas dan volatilitas yang tinggi pula, sehingga pasangan mata uang EURUSD selalu menarik perhatian trader forex dan pelaku pasar lainnya, karena membuka peluang profit yang tinggi. Spread yang ditawarkan pun cenderung kecil.


3. Faktor penggerak harga

Pergerakan harga pasangan EURUSD sangat volatil dan dipengaruhi oleh berbagai faktor fundamental. Salah satunya adalah kebijakan yang dikeluarkan oleh bank sentral masing-masing—European Central Bank (ECB) di Eropa dan The Fed di Amerika Serikat. Berita-berita dari ECB dan The Fed sangat penting untuk diikuti karena berpengaruh besar terhadap pergerakan harga EURUSD.


Selain itu, ada juga faktor-faktor lain yang mempengaruhi pergerakan harga EURUSD, seperti suku bunga, tingkat pengangguran, Non-Farm Payroll (NFP) atau data pertumbuhan tenaga kerja Amerika di semua sektor, neraca perdagangan, penjualan ritel, gross domestik product (GDP) atau nilai pasar barang dan jasa yang dihasilkan negara, dan lain sebagainya.


Perlu diingat bahwa EUR merupakan mata uang banyak negara Uni Eropa. Sehingga, Anda juga perlu update berita negara-negara utama penggerak perekonomian Eropa, seperti Jerman dan Prancis. Ikuti berita fundamental dan update terkini seputar EURUSD di MIFX News.


4. Range harian dan waktu trading

Rata-rata range harga harian, atau selisih antara harga tertinggi dan terendah EURUSD dalam suatu hari ada di kisaran 75-150 pips. Sementara waktu trading paling ramai pasangan ini adalah di saat overlap sesi Eropa dan sesi Amerika, yaitu pukul 20:00-23.00 WIB di bulan November-Februari (musim gugur-dingin di Amerika dan Eropa) dan pukul 19:00-22:00 WIB di bulan Maret-Oktober (musim semi-panas di Amerika dan Eropa).


Jika Anda tertarik untuk trading EURUSD, ada baiknya Anda mengatur take profit di kisaran perdagangan harian tersebut. Akan sulit mendapat profit jika Anda memasang batas di atas kisaran tersebut, kecuali kalau terjadi peristiwa di luar dugaan yang berimbas besar pada perekonomian. Peluang profit dari transaksi EURUSD juga akan terbuka lebih lebar jika Anda bertransaksi saat sesi Eropa dan Amerika saling bertumpukan atau overlap, karena volatilitasnya akan cenderung lebih tinggi. Namun ingat, peluang profit tinggi juga berarti risiko loss yang tinggi pula. Jadi cek kembali risk management Anda.


Nah, sudah siap menguji analisis dan strategi trading EURUSD Anda? Buka Akun Demo MIFX dan mulailah bertransaksi dengan dana virtual $10.000.
 

Related Blog

Dapatkan update mengenai promo, trading tools, dan berita terbaru dari MIFX
LEGALITAS
Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi: 178/BAPPEBTI/SI/I/2003
Bursa Berjangka Jakarta: No. SPAB-044/BBJ/03/02
Bursa Komoditi dan Derivatif Indonesia: No. 010/SPKB/ICDX/Dir/III/2010
Kliring Berjangka Indonesia: No. 14/AK-KBI/III/2003
Indonesia Clearing House: 003/SPKK/ICH-MIF/VII/2017
MEDIA SOSIAL
PT Monex Investindo Futures beroperasi berdasarkan izin dan berada di bawah pengawasan BAPPEBTI, merupakan anggota bursa BBJ dan BKDI dan anggota kliring berjangka KBI & Indonesia Clearing House.

size='medium'/>

Obat Linu Bobok

 1.jahe,kencur,brambang,minyak kayu putih